Konflik antara Israel dan Iran hingga kini masih belum reda.

Berita

Konflik antara Israel dan Iran hingga kini masih belum reda. Hal ini dapat membuat harga minyak diprediksi akan terus meroket. Bila eskalasi terus terjadi, harga minyak diprediksi bisa menembus US$ 100 per barel.

Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi mengungkapkan bahwa harga minyak bisa terkerek hingga US$ 100 per barel karena di timur tengah banyak sekali negara produsen minyak yang berpotensi terseret ke konflik antara Iran dan Israel.

Di sisi lain, Iran sendiri saja merupakan produsen besar untuk minyak dan gas di dunia. Bila perang antar negara itu masih berlangsung, otomatis pasokan minyak akan berkurang dan harganya meningkat.

“Nah, kalau asumsinya perang ini meluas gitu ya, melibatkan negara seperti Saudi misalnya, atau juga Yordania gitu ya, atau kemudian Irak bergabung dengan Iran gitu ya, maka ini akan semakin menaikkan harga minyak dunia gitu ya,” ujar Fahmy seperti dikutip dari detikcom, Rabu (18/6/2025).

“Kalau Perang tadi meluas, eskalasinya luas gitu ya, maka ini akan menaikkan, bahkan bisa di atas US$ 100 dolar per barrel gitu ya. Karena tadi ini melibatkan negara penghasil minyak,” sambung dia.

Bukan cuma perang yang perlu diwaspadai, bahaya juga mengintai Selat Hormuz di Iran yang menjadi alur logistik utama perdagangan minyak. Sebab jika selat itu terganggu perang, harga minyak juga bisa meroket lagi.

Lebih lanjut, Fahmy mengatakan bahwa harga BBM non subsidi menjadi yang paling cepat mengalami kenaikan. Sebab, BBM jenis ini dijual mengikuti pergerakan pasar. Bila harga minyak dunia terus menguat bukan tidak mungkin Pertamax Cs bakal mengalami kenaikan.

Untuk BBM subsidi, semacam Pertalite, dia menilai jangan buru-buru dinaikkan harganya. Sebab, hal itu jelas akan menaikkan inflasi dan menekan daya beli di tengah masyarakat.

Fahmy menjelaskan selama harga minyak mentah dunia masih berada di bawah US$ 100 per barel sebisa mungkin pemerintah menahan harga BBM subsidi. Namun apabila sudah lebih dari US$ 100 per barel, mau tak mau harga BBM subsidi dinaikkan agar APBN tak terbebani.

Sc: Bicaraindonesia

“ browse feed & follow @otomtalk for more “

Konflik antara Israel dan Iran hingga kini masih belum reda. Hal ini dapat membuat harga minyak diprediksi akan terus meroket. Bila eskalasi terus terjadi, harga minyak diprediksi bisa menembus US$ 100 per barel.

Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi mengungkapkan bahwa harga minyak bisa terkerek hingga US$ 100 per barel karena di timur tengah banyak sekali negara produsen minyak yang berpotensi terseret ke konflik antara Iran dan Israel.

Di sisi lain, Iran sendiri saja merupakan produsen besar untuk minyak dan gas di dunia. Bila perang antar negara itu masih berlangsung, otomatis pasokan minyak akan berkurang dan harganya meningkat.

“Nah, kalau asumsinya perang ini meluas gitu ya, melibatkan negara seperti Saudi misalnya, atau juga Yordania gitu ya, atau kemudian Irak bergabung dengan Iran gitu ya, maka ini akan semakin menaikkan harga minyak dunia gitu ya,” ujar Fahmy seperti dikutip dari detikcom, Rabu (18/6/2025).

“Kalau Perang tadi meluas, eskalasinya luas gitu ya, maka ini akan menaikkan, bahkan bisa di atas US$ 100 dolar per barrel gitu ya. Karena tadi ini melibatkan negara penghasil minyak,” sambung dia.

Bukan cuma perang yang perlu diwaspadai, bahaya juga mengintai Selat Hormuz di Iran yang menjadi alur logistik utama perdagangan minyak. Sebab jika selat itu terganggu perang, harga minyak juga bisa meroket lagi.

Lebih lanjut, Fahmy mengatakan bahwa harga BBM non subsidi menjadi yang paling cepat mengalami kenaikan. Sebab, BBM jenis ini dijual mengikuti pergerakan pasar. Bila harga minyak dunia terus menguat bukan tidak mungkin Pertamax Cs bakal mengalami kenaikan.

Untuk BBM subsidi, semacam Pertalite, dia menilai jangan buru-buru dinaikkan harganya. Sebab, hal itu jelas akan menaikkan inflasi dan menekan daya beli di tengah masyarakat.

Fahmy menjelaskan selama harga minyak mentah dunia masih berada di bawah US$ 100 per barel sebisa mungkin pemerintah menahan harga BBM subsidi. Namun apabila sudah lebih dari US$ 100 per barel, mau tak mau harga BBM subsidi dinaikkan agar APBN tak terbebani.

Sc: Bicaraindonesia

“ browse feed & follow @otomtalk for more “

Browse berita / cerita / Tips Otomotif sesuai hashtags >> otomtalk berita mobil

Silakan cek berita dan update terbaru di menu HARI INI , link ada diatas
atau browse instagram @Otomtalk dibawah ini:

Kunjungi Sponsor kami Vespark Dealer Resmi Piaggio Vespa Medan SUMUT www.vesparkindo.com
dan dealer resmi MOGE Aprilia dan Moto Guzzi Motoplex di www.motoplexindo.com

Powered by Webhosting Terjamin